KESALAHPAHAMAN YANG BERAKHIR BAHAGIA
Aiko menarik
nafas panjang ketika malam itu tubuhnya merasa lelah. Malam itu terasa sangat
dingin mencekam. Dia baru pulang kursus bahasa Korea disebuah tempat kursus
yang lumayan terkenal di Jakarta. Dia memang meyukai segala sesuatu tentang
Korea. Maklumlah, dia adalah gadis blasteran Indonesia-Korea.
Dia gadis yang cantik dengan rambut hitam panjang yang lembut.
Sekarang, dia harus secepatnya sampai rumah. Kalau tidak, dia akan diomeli oleh ibu dan kakak laki-lakinya. Aiko selalu enggan diantar maupun di jemput oleh siapapun ke tempat kursusnya.
Rakka, sahabatnya sejak kecil terkadang suka menemaninya berjalan kaki sampai ke rumahnya. Jaraknya memang tak terlalu jauh.
Besok dia harus kesekolah pada pagi hari dan mengumpulkan tugas Bahasa Inggris, pikirnya.
Dia gadis yang cantik dengan rambut hitam panjang yang lembut.
Sekarang, dia harus secepatnya sampai rumah. Kalau tidak, dia akan diomeli oleh ibu dan kakak laki-lakinya. Aiko selalu enggan diantar maupun di jemput oleh siapapun ke tempat kursusnya.
Rakka, sahabatnya sejak kecil terkadang suka menemaninya berjalan kaki sampai ke rumahnya. Jaraknya memang tak terlalu jauh.
Besok dia harus kesekolah pada pagi hari dan mengumpulkan tugas Bahasa Inggris, pikirnya.
*****
Bulanpun pergi meninggalkan peraduannya. Seakan menyadari tugasnya, mataharipun muncul perlahan. Sinar matahari dari celah dedaunan langsung menembus ke dalam kamar Aiko melalui sela jendela kamarnya. Burungpun berkicau diantara hembusan angin dan menambah indahnya pagi itu.
Aiko terbangun.
Disingkapnya selimut yang menjaganya di sepanjang tidurnya.
Setelah berkemas, Aiko segera turun ke bawah dan sarapan bersama keluarganya.
Aiko memang tipikal anak yang ceria, meskipun dia masih merasa lelah tapi dia masih memaksakan sedikit senyum.
Daniel, kakak laki-lakinya ternyata memperhatikannya sejak tadi “Hey, anak manja. Apa yang terjadi padamu?”
Daniel memang selalu menyebut Aiko dengan sebutan ‘Anak Manja’. Ya, kenyataan memang.
Aiko sama sekali tidak menjawab. Dia tersenyum sepintas.
Sepanjang pagi Aiko memang tidak terlalu banyak bicara. Tapi dia masih mampu berlari masuk ke sekolahnya ketika melihat Bu Indri, guru Bahasa Inggrisnya juga berada beberapa meter di belakangnya.
“Kumpulkan tugas kalian di meja saya sekarang. Bagi yang belum mengerjakan lebih baik kalian keluar!” kata Bu Indri tanpa basa-basi ketika masuk kelas.
Hampir semua murid di kelas sepertinya sudah meyelesaikan tugasnya. Semua? Kecuali Aiko.
Alhasil, jadilah Aiko keluar kelas seorang diri, sambil memaki dirinya dalam hati.
Selangkah setelah dirinya keluar dari pintu kelas, Aiko melihat siswa yang berada di kelas sebelah sedang duduk di depan kelasnya. Itu berarti Kevin juga sedang berada di antara mereka. Aduh, malu banget kalau ketahuan dia lagi dihukum.
Sebaiknya aku menceritakan dulu siapa itu Kevin. Kevin adalah siswa kelas XII, kekasih Aiko. Dia orang yang baik, memiliki banyak teman, dan juga aktif berorganisasi. Aiko menyukai Kevin karena tatapan matanya yang bisa menenangkan dirinya dan semua orang yang memandangnya.
Untuk menghilangkan prasangka itu, Aiko langsung berjalan ke perpustakaan. Belum ada orang disana ketika Aiko menginjakkan kakinya ke dalam.
Seseorang tersenyum padanya. Bu Vivi, pengurus perpustakaan yang sudah sangat mengenalnya. Bukan karena Aiko sering ke tempat ini, tapi karena disinilah Aiko berada setiap kali ia dihukum oleh gurunya.
Aiko menelusuri satu per satu rak buku disana. Buku-buku yang sama sekali tidak menarik, pikirnya. Aiko memang lebih suka membaca novel fiksi yang romantis.
Akhirnya Aiko duduk di salah satu tempat paling pojok dekat jendela. Begitu ia duduk di sana, matanya seperti diberi pemberat 2 ton, akunya dalam benaknya. Mungkin
karena dia tidur terlalu larut tadi malam.
Angin yang bertiup dari luar jendela membuat Aiko tertidur, entah berapa lama. Suara berisik yang datang dari luar membangunkannya. Dan ekor matanya menangkap sosok seorang yang dikenalnya, dan sekarang duduk tepat di kursi sebelahnya.
“Ketiduran ya?” tanyanya tanpa tahu jantung Aiko yang tiba-tiba berhenti berdetak karena menatap matanya. Ya, Kevin.
“Iya, nggak sengaja tidurnya…” jawab Aiko membela diri.
“Bukannya kamu lagi ada pelajaran Bahasa Inggris ya?” tanyanya.
“Kenapa diam Aiko?” tanyanya lagi.
“Kamu sendiri ngapain kesini?” ungkap Aiko, balas bertanya.
“Mau ketemu sama princess ku,” ujarnya singkat.
Deg! Jantung Aiko berhenti berdetak lagi ketika menatap mata indah Kevin. Kevin selalu saja bisa merubah suasana hatinya. Aiko selalu keringat dingin ketika Kevin mengucapkan kata-kata keramat nan indah itu.
Mereka berdua keluar dari perpustakaan dan langsung pergi karena setelah ini mereka sama sekali sedang tidak ada kelas.
*****
Weekend kali ini Aiko memang berjanji dengan kakak laki-lakinya untuk pergi ke toko DVD dan membeli beberapa koleksi terbaru.
Ketika Aiko sedang melihat-lihat sekitar toko DVD, matanya terhenti di sebuah restoran Jepang merasa melihat sesosok pria yang dikenalnya. Kevin.
Dia bersama wanita lain, bahkan wanita itu mungkin lebih tua sekitar 6 tahun dari dirinya. Mereka tertawa, sepertinya riang sekali.
Tubuh Aiko bergetar. Pandangannya muram. Dadanya terasa sesak ketika melihat pemandangan memuakkan itu. Matanya berkaca-kaca, sebutir air mata mengalir dari ujung matanya. Ketika Daniel menegurnya sekedar bertanya apakah dia baik-baik saja, tangis Aiko pun pecah.
Dihampirinya meja dengan nomor 13 di restoran Jepang itu yang tentu saja tempat dimana pacarnya berada. Masih dengan sejuta pertanyaan meliputi hatinya.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya pada Kevin.
Kevin terkejut, begitu pula wanita yang sedang bersamanya. “A..Aiko..”
Aiko terus melihat mata Kevin yang diakuinya mungkin sampai kapanpun dia takkan pernah bisa melupakan mata indah itu.
Bibirnya terlalu berat untuk berkata. “Mulai sekarang kamu dan aku sudah tidak ada apa-apa lagi,” ucapku seraya pergi meninggalkan restoran itu.
Langkahku masih terasa berat. Aiko terus menangis dan diam sepanjang perjalanan pulang. Daniel-pun tidak ingin ikut campur dalam masalah adiknya ini. Dia pikir, adiknya adalah sosok yang kuat, meskipun manja.
*****
3 bulan kemudian…
Sebelumnya Kevin memang sempat beberapa kali menghubungi Aiko dan mencoba memberika penjelasan. Tapi Aiko memang lebih percaya dengan apa yang dilihatnya.
Tiga bulan waktu yang bisa dikatakan cukup untuk sekedar menata hatinya.
Pagi itu hujan turun dengan derasnya membasahi setiap sudut kota.
Tadi malam, Aiko baru saja mendapat kejutan dari keluarganya. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dia berulang tahun pada 29 Februari. Sudah empat tahun belakangan dia menunggu hari ini.
Di sekolahnya pun dia mendapat kejutan dari teman sejurusannya, beberapa guru yang mengenalnya, sampai Tukang Minuman, Bu Kantin dan tentu saja Rakka. Tapi sama sekali tidak ada bayang-bayang Kevin ada disana, mungkinkah dia lupa? Tapi siapa Aiko sekarang? Bukan siapa-siapa.
Kevin pernah berjanji bahwa dia akan memberikan kejutan pada Aiko di hari ulang tahunnya nanti.
Ketika pesta kecil itu berakhir, hujan masih turun dengan sangat derasnya. Aiko memang harus segera pulang sebelum malam.
Langkah kakinya terhenti ketika dia berada di tengah lapangan basket kampusnya itu, dan merasa seseorang telah mencengkram kedua tangannya sambil memegang jaket untuk melindungi mereka berdua.
“Selamat ulang tahun, Aiko..” bisiknya pada Aiko sambil tersenyum.
Aiko tersenyum dan merasa kakinya tertancap di bumi. Aiko terdiam sampai akhirnya Kevin melanjutkan kata-katanya, “Maafkan aku, Aiko.”
Aiko tersentak. Ada apa lagi ini? Tanyanya dalam hati.
Aiko melihat sebentar ke arahnya, sebelum tersenyum sinis dan berkata, “untuk apa?”
“Sungguh, dia bukan pacarku. Dia kakak sepupuku, sudah 6 tahun kami tidak bertemu karena dia tinggal di Paris,” katanya menjelaskan.
Aiko terdiam dan berfikir. “Kenapa kau baru mengatakannya sekarang, bodoh?”
“Ya, aku memang bodoh. Aku baru mengatakannya sekarang, karena dulu kau tidak pernah mau mendengarkanku. Tapi ini indah bukan?” jelasnya.
Aiko tersenyum dan mengangguk. “Aku juga bersalah. Maafkan…”
Belum sempat Aiko menyelesaikan kata-katanya, Kevin menyelanya, “Jadi, Nona Aiko yang cantik. Maukah kamu kembali menjadi…” Kevin sengaja tidak menyelesaikan kata-katanya, berharap Aiko sudah tahu apa maksudnya.
Benar saja, Aiko mengangguk dan sekarang dia sudah berada di pelukan Kevin. Pelukan yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan.
Seseorang berkata bahwa ia mencintai dirinya. Disaat ulang tahunnya, ditengah hujan. Dan entah apa yang terjadi, hujan berhenti seiring dengan anggukan Aiko. Mungkin benar apa yang dikatakan para peramal di tivi. ‘Kekuatan cinta yang mampu mengubah dunia.’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar